Ini hampir tengah malam, sambil dengerin playlist Bondan Prakoso and Fade to Black tiba tiba kepikiran untuk menulis ini ketika lagu Ya Sudahlah lewat begitu aja dikuping gue.
Half quarter life crisis kalimat yang baru gue dengar setelah gak sengaja baca blog orang yang gak gue kenal dan wow!! mungkin ini kalimat yang mengambarkan hal yang mungkin sekarang sedang gue rasakan.
Umur gue sebentar lagi 24 tahun, dan ini akumulasi kejadian kejadian ditahun tahun sebelumnya.
Di keluarga mungkin gue anak yang sedikit nakal, keras kepala dan selalu mau menjalani kehidupan yang gue pikir harus gue lakuin, sangat idealis dan karena itu gue bisa disini. Saat lu menikmati pekerjaan yang lebih baik ingin memulai menata hidup untuk tentunya mengejar list resolusi tahunan, disaat itu gue kehilangan kaka gue.
Gak lama kejadian lainnya seperti gue tulis dalam blog ini yang judulnya "Hujan".
Apatis? enggak, gue bangkit berkali-kali. Gue jauh lebih tahan banting dari sekian banyak teman perempuan yang curhat sama gue. Life must go on, gue lanjut kuliah lagi, mau menikah, dan mengejar ketertinggalann gue. Memutuskan keluar dari rumah dan kost deket kantor, baca lebih banyak buku, meredam ego dan lebih mandiri.
Sampai beberapa bulan ini gue mulai berpikir, apa semua yang gue lakukan benar? Buat apa gue hidup? Apa keputusan mau menikah gue benar, yang bahkan udah 4 tahun kita bareng? Apa gue orang baik atau jahat? dan banyak pertanyaan lainnya setiap malam.
Every morning when i wake up, gue berdamai. Gue kerja, kuliah, jualan, pretending everything is normally. Tapi nyatanya enggak. Disaat kerja gue bisa tiba tiba marah sama siapapun, sedih cuman karena lagu galau yang diputar teman, gue sering tutup akun sosmed karena merasa muak dengan isinya. Gue selalu merasa harus memiliki ikatan pernikahan, tapi disaat itu juga gue ragu apa kami bisa saling menerima.
Dulu, gue sangat suka sendiri, dimana gue merasa bisa mengaktualisasi diri gue seutuhnya melakukan hal hal yang gue suka tanpa gangguan orang lain. Tapi sekarang gue takut sendiri, sebisa mungkin pulang malam biar bisa lansung tidur. Gue suka nongkrong ditempat ramai, ketawa ketawa dan nyanyi bareng tapi sepulang itu ya kosong. Gue menarik diri dari banyak pergaulan dan berpikir orang orang yang se-frekuensi gue udah ga ada satupun.
Kadang, gue mencoba share masalah ini ke beberapa orang terdekat, tapi semua bullshit. Ada yang bilang kurang dekat dengan agama, ada yang bilang gue thinking too much, lebay, gak penting dan sebagian lagi cukup jd pendengar yag baik tanpa solusi atau malah curhat balik.
Pertama, Allah gue Tuhan kita, sedekat nadi ditubuh gue dan gak mungkin jauh walaupun gue tersesat. Kedua, gue dilahirkan dengan otak yang digunakan untuk berpikir yang otomatis bekerja untuk memberi nalar dalam hidup gua dan apakah artinya solusi gua berpikir terlalu banyak maka gua harus nyopot otak gue? ketiga i'm not typically manusia yang menjalani hidup untuk makan, kawin, beranak pinak, dan mati, gue selalu merasa lebih berharga dari itu.
Dari semua ini, gue gak bakal share cara mengatasi half quarter life crisis seperti blog yang gue baca karena gue masih dan sedang mengalaminya. Gue cuman mau ngasih tau mungkin atasan yang nyebelin, perempuan yang update pacarnya terus di sosmed atau bahkan kalian sendiri sedang mengalaminya. Mari saling menguatkan, memberi penerimaan pada orang lain karena tidak cukup untuk hanya saling mengerti.
I love myself